Menangguk Hoki dari Kue Keranjang

Menangguk Hoki dari Kue Keranjang

Posted on

Kesih dan Imas teliti mengawasi setiap adonan dodol Imlek diracik. Tepung beras ketan, gula dan beberapa bahan khusus diubah menjadi adonan dan dimasukkan ke keranjang seukuran tangan orang dewasa. Satu persatu ditumpuk sehingga memenuhi drum besar dan dikukus selama 12 jam.

Tidak menggunakan gas melainkan masih bahan kayu agar rasanya lebih nikmat dan meresap. Begitu selesai, aroma dodol Imlek menyeruak memenuhi dapur semi terbuka yang dibangun di pekarangan kosong. Terlihat warnanya khas kecoklatan, tekstur kenyal dan manis. Di atasnya, tertempel kertas merk ‘Kue Keranjang Dodol Cikarang’ dan logo halal MUI. Terdapat huruf kanji bertuliskan Nian Gao (Dodol China) di tengah logo yang semakin mencolok dengan warna merah dengan huruf kuning keemasan.

Kesih dan Imas mengawali semuanya pada 2020, pada masa-masa pandemic Covid-19. Dua saudara sepupu itu belajar melalui youtube, tanpa latar belakang tradisi maupun keluarga perajin dodol Cina. Bahkan, Kesih dan Imas masih berstatus buruh pabrik di Cikarang.

Tak disangka, hoki menaungi keduanya, kuenya viral setahun kemudian dan menuai pesanan tak sedikit. Kerabat dan keluarga mulai dilibatkan untuk menambah kapasitas produksi. Pada musim Imlek mereka bisa memproduksi dodol cina sebanyak 2 ton lebih dengan harga Rp 25.000 – Rp 27.000 per kilonya. Bahkan omzet mereka bisa mencapai Rp 60 juta per hari.

Tiap pergantian tahun dalam sistem kalender China, masyarakat Tionghoa di seluruh dunia merayakan Imlek. Dalam bahasa Mandarin, kuekeranjang dikenal sebagai nián gāo (年糕). Sementara itu, dalam bahasa Hokkien, ia dikenal dengan julukan ti kwe (甜棵). Jika diterjemahkan secara harfiah, nian (年) berarti ‘tahun’ dan gao (糕) bermakna ‘kue’. Bila disatukan, nian gao dapat diterjemahkan sebagai ‘kue tahun baru’.

Hampir di tiap kota dan kawasan Pecinan mempunyai perajin kue keranjang. Sudah ada yang puluhan tahun maupun para pemain baru seperti Kesih dan Imas. Semua mencoba mengaduk rasa dan menyatukan budaya yang perlu dijaga.

Read More