Gus Najih Minta Masyarakat Indonesia Jangan Mudah Terprovokasi Hoaks

Posted on

INFO NASIONAL – Sekretaris Badan Penanggulangan Ekstrimisme dan Terorisme (BPET) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Najih Arromadhoni atau Gus Najih meminta masyarakat Indonesia untuk tidak mudah terprovokasi oleh hoaks dan narasi provokatif. Menurut dia, belajar dari kejadian di Suriah agar tidak terjadi di Indonesia.

“Bangsa Indonesia harus belajar banyak dari Suriah. Bagaimana negara yang dulunya aman, damai dan makmur ini jadi begitu babak belur sekarang,” kata dia saat berbincang dalam podcast Kafe Toleransi bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Gus Najih menjelaskan, penyebab awal kisruh revolusi Suriah yang didasari oleh provokasi hoaks. Runtuhnya pemerintahan Bashar al-Assad oleh kelompok milisi Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) dan gerakan people power salah satunya dimotori oleh narasi bohong.

“Awalnya ini dari banyaknya informasi hoaks. Konflik Suriah ini penuh kebohongan sampai disebut ‘Revolusi Photoshop’ oleh dunia internasional. Karena revolusi ini dihasilkan dari gambar-gambar dan video editan,” ujarnya.

Gus Najih mencontohkan beberapa hoaks yang beredar di Suriah. Di antaranya adalah tuduhan pemerintahan yang menganut Syiah, orang-orang yang bersujud di atas gambar presiden, hingga narasi diubahnya surat Al-Ikhlas menjadi ‘Al Ashad’. 

Menurut dia, hal-hal tersebut yang kemudian bergulir memicu kemunculan people power selain juga gerakan dari para kelompok milisi. “Kita jangan mudah percaya dan terporvokasi dengan narasi-narasi berita seperti itu, harus bijaksana. Tidak mungkin ada pemerintahan yang selalu berjalan mulus. Hal terpenting adalah menyelesaikan persoalan dengan bijaksana,” kata Gus Najih. 

Pasalnya, dia melanjutkan, meskipun banyak warga Suriah yang larut dalam euforia selepas rezim tumbang, namun kondisi yang dihadapi negara tersebut saat ini menjadi pelik. “Sekarang masyarakat Suriah penuh dengan ketidakpastian,apakah pemerintah baru bisa berjalan mulus atau malah jadi lebih buruk. Situasi tidak pasti, saat ini pun di Suriah jadi makin banyak faksi-faksi yang menguasai daerah mereka,” ujar Gus Najih.

Karema itu, Gus Najih meminta masyarakat Indonesia harus belajar untuk lebih kritis dan selektif dalam mencerna informasi. Jangan sampai mudah dipecah-belah oleh narasi hoaks. 

“Hidup dalam bernegara itu tidak hitam dan putih. Misalnya Assad dianggap jahat lalu tumbang, tapi sekarang yang ikut mengendalikan Suriah itu malah Israel. Jadi lebih baik mana, harus bijak,” ujarnya.

Direktur Kerja Sama Bilateral BNPT, Kris Erlangga Aji Widjaya, mengatakan, perkembangan terakhir di Suriah menunjukkan peran besar HTS yang kini mendominasi setelah kekalahan ISIS. Menurut dia, HTS yang berafiliasi dengan al-Qaeda, sedang mencoba memperlihatkan citra lebih moderat, namun tetap tercatat sebagai organisasi teroris global.

Erlangga menegaskan, pemerintah Indonesia terus mencermati situasi di Suriah, termasuk upaya transisi pemerintahan dan pemulihan ekonomi. “Pemerintah Indonesia menunggu bagaimana perkembangan yang terjadi di sana, sambil juga menyerukan agar pemerintahan transisi di sana dapat membangun negara yang inklusif, menghormati hak asasi manusia, serta mengatasi tantangan ekstremisme yang masih ada,” kata dia. (*)